Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor yang bersifat berkelanjutan serta sebagai penopang kehidupan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pangan. Namun, dari masa ke masa terjadi penurunan jumlah petani dan penurunan pada luasan lahan areal pertanian. Meskipun demikian, masih cukup banyak masyarakat yang terus bercocok tanam dan saat ini para pemuda mulai banyak yang ikut terjun ke sektor pertanian dengan usahataninya ke arah subsistem agribisnis. Kabupaten Tulungagung sendiri memiliki sumber daya alam dan manusia yang cukup potensial untuk dikembangkan. Oleh karena itu, diperlukan penelitian untuk mengidentifikasi kondisi petani berusia muda di Kabupaten Tulungagung, dengan membandingkan pada subsistem agribisnis. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbandingan kondisi sosial dan kondisi ekonomi, serta menganalisis nilai ekonomi para pelaku usahatani muda pada subsistem agribisnis di Kabupaten Tulungagung. Metode penelitian yang digunakan adalah campuran (mixed methods). Pelaku usahatani muda dipilih sebagai sampel dengan menggunakan metode purposive sampling. Pemilihan jumlah sampel menggunakan rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10%, jadi jumlah responden penelitian yaitu 100 orang. Data dikumpulkan dengan metode survei melalui wawancara, observasi, dan kuesioner. Analisis data kuantitatif menggunakan uji Manova, uji Korelasi, dan Regresi Linier Berganda dengan alat analisis data yaitu IBM SPSS (Statistical Package for the Social Sciences) versi 26, kemudian analisis data kualitatif dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verifikasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi sosial para pelaku usahatani muda di Kabupaten Tulungagung dari delapan indikator memberikan temuan penelitian yang saling berkaitan. Sedangkan pada kondisi ekonomi pada subsistem agribisnis on farm memberikan rata-rata jumlah pendapatan yang paling tinggi dengan jenis usahatani dari tanaman hortikultura, kemudian usahatani yang memberikan analisa perhitungan paling baik adalah tanaman cabai dengan pendapatan rata-rata Rp. Rp 95.763.140 per hektar per satu kali musim tanam, serta rata-rata nilai R/C Ratio 2,67 yang artinya setiap pengeluaran biaya Rp. 1,00 maka mendapat penerimaan Rp. 2,67 dan keuntungan Rp. 1,67, sehingga layak untuk diusahakan serta memberikan potensi keuntungan lebih tinggi dari usahatani yang lainnya. Kemudian untuk nilai ekonomi memberikan hasil bahwa pada uji Manova untuk Subsistem Agribisnis Hulu ke Hilir, Hulu ke On Farm, On Farm ke Hulu dan Hilir ke Hulu pada Aspek Sosial dan Aspek Ekonomi menunjukkan perbedaan secara signifikan (ada beda nyata). Kemudian dari analisis uji Korelasi dan uji Regresi Linier Berganda menunjukkan bahwa pendapatan dipengaruhi oleh luas lahan dan pengalaman usahatani.