Kecamatan Ngunut salah satu kecamatan di kabupaten Tulungagung yang menyumbang produksi jagung. Produksi jagung yang tinggi beriringan dengan tingginya limbah pertanian jagung yang dihasilkan. Pemanfaatan limbah pertanian menjadi sesuatu yang bernilai sehingga tidak menimbulkan pencemaran merupakan salah satu konsep pertanian berkelanjutan atau sustainable agriculture.
Limbah dari pertanian jagung dapat diubah menjadi pakan ternak fermentasi atau silase. Penduduk di Kecamatan Ngunut banyak yang memiliki hewan ternak baik itu kambing maupun sapi. Pemanfaatan limbah tanaman jagung sebagai silase akan memberikan dampak positif bagi pertanian dan peternakan di kecamatan ini. Beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran petani akan potensi pemanfaatan limbah pertanian salah satunya yaitu faktor pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia yaitu petani. Perbedaan pengetahuan petani yang bersumber dari karakteristik sosial ekonomi dapat menyebabkan pemanfaatan limbah menjadi tidak efektif. Maka perlu penelitian mengenai tingkat pengetahuan dan tingkat ketrampilan petani terhadap pemanfaatan limbah tanaman jagung sebagai silase dan pengaruh karakteristik sosial ekonomi petani terhadap tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani dalam pemanfaatan limbah pertanian jagung untuk pembuatan silase.
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Ngunut Kabupaten Tulungagung, lokasi ini dipilih dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut memiliki sentra pertanian yang melimpah berdasarkan data dinas pertanian tahun 2021 dan memilki beberapa kelompok tani yang tersebar di 9 desa yang ada di Kecamatan Ngunut yaitu Kelompok Tani Ngudi Mulyo Desa Pulotondo, Kelompok Tani Sumber Asih Desa Purworejo, Kelompok Tani Jati Makmur Desa Pandansari, Kelompok Tani Desa Kacangan, Kelompok Tani Sumber Rejeki Desa Balesono, Kelompok Tani Olahrogo Desa Selorejo, Kelompok Tani Tani Agung Desa Karangsono, Kelompok Tani Tani Makmur Desa Kalangan Dan Kelompok Tani Desa Kaliwungu yang mayoritas anggoatanya melakukan usaha tani jagung. Sampel yang digunakan sebanyak 92 petani jagung yang diambil secara acak. Pengumpulan data penelitian melalui wawancara dan pengisian angket kuisioner lalu data dianalisis menggunakan analisis regresi logistik.
Karakteristik social ekonomi petani jagung di 9 desa di kecamatan ngunut yaitu tingkat umur dari seluruh responden yaitu responden petani jagung yang tergolong kategori muda sebanyak 7%, sedang 60%, tua 33%, tingkat pendidikan dari seluruh responden yaitu responden petani jagung yang tidak tamat sekolah atau tidak sekolah sebanyak 0%lulusan SD sebanyak 37%, SMP sebanyak 21%, SMA sebanyak 29%, Perguruan Tinggi sebanyak 13%, tingkat lama bertani dari seluruh responden yaitu responden petani jagung yang tergolong kategori tinggi sebanyak 66%, sedang 27%, rendah 7%, dan jumlah tanggungan keluarga tinggi sebanyak 2%, sedang 36%, rendah 62%.
Tingkat pengetahuan dan ketrampilan petani tentang pemanfaatan limbah pertanian jagung untuk pembuatan pakan ternak silase tergolong kategori sedang. Karakteristik social ekonomi yang berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan petani tentang pemanfaatan limbah pertanian jagung yaitu lama bertani sedangkan karakteristik social ekonomi petani yang mempengaruhi tingkat ketrampilan petani dalam pemanfaatan limbah pertanian jagung adalah lama bertani dan pendidikan terkahir. Pemanfaatan limbah pertanian jagung menjadi pakan silase masih belum efektif karena sumber daya manusia belum maksimal mengetahui dan trampil dalam kegiatan pemanfaatan dan sarana prasarana yang belum memadai untuk pembuatan pakan ternak silase.